cover
Contact Name
Lalan Ramlan
Contact Email
lalan_ramlan@isbi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isbi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Seni Makalangan
ISSN : 23555033     EISSN : 27148920     DOI : -
Core Subject : Art,
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"" : 9 Documents clear
ARDHANARISWARA KONSEP PENCIPTAAN TARI KONTEMPORER Candra Andika dan Lalan Ramlan
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.46 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.834

Abstract

ABSTRAKKarya tari ini berlatar cerita tentang perang batin yang mendalam dialami oleh seorang laki-laki yang memiliki dua sifat sekaligus maskulin dan feminim dalam dirinya (androgini). Adapun yang menjadi masalah adalah, bagaimana tercapainya perwujudan konsep garap menjadi sebuah karya tari. Untuk mewujudkan karya tari tersebut, maka penulis menggunakan metode garap pendekatan penciptaan non tradisi. Dengan demikian, maka hasil yang dicapai adalah sebuah bentuk karya tari kontemporer dengan judul “Ardhanariswara”.Kata Kunci:  Kontemporer, Ardhanariswara. ABSTRACTThis dance work is based on a story about deep inner war of a man who has both masculine and feminine characteristics (androgyny). The problem is how to achieve the embodiment of the concept to become a dance work. To realize the dance work, the writer uses the method of working on a non-traditional creation approach. Thus, the result is a form of contemporary dance work entitled "Ardhanariswara".Keywords: Contemporary, Ardhanariswara.  
PROSES KREATIF MUSIK JAIPONGAN KAWITAN Jaja Jaja
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.291 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.830

Abstract

ABSTRAKMengubah sesuatu yang tidak biasa terkadang sulit dilakukan, dibutuhkan yang berkesinambungan dalam proses kreatifnya. Kemungkinan pro dan kontra dari para seniman pasti ada, karena menggarap diluar kebiasaan (pakem tradisi). Yang dianggap tradisi sekarang, dulu kemungkinan besar sebagai garapan kreasi baru, kontemporer dan lain sebagainya. Begitupun garapan yang penulis buat ini, pada masa yang akan datang menjadi garapan tradisi. Kreativitas dalam garapan Jaipongan Kawitan ini bukan berarti lepas dari tradisi, melainkan tradisi sebagai sumber inspirasi.                                                                  Kata Kunci : Tradisi, Jaipongan, Kreativitas.  ABSTRACTChanging something unusual is sometimes difficult to do. It needs continuity in the creative process. The possibility of pros and cons of the artists must be there, because they work out of habit (standard of tradition). Something which is now considered as a tradition, it was most likely as a new creation work, contemporary and so on. Likewise, the work that the writer made, it will become a tradition in the future. The creativity in Jaipongan Kawitan work does not mean being separated from tradition, but tradition as a source of inspiration.Keywords: Tradition, Jaipongan, Creativity.
RUDIRAGHNI KONSEP PENCIPTAAN TARI KONTEMPORER Tengku Arre Syarifah dan Dindin Rasidin
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.986 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.835

Abstract

ABSTRAK Karya ini terinspirasi dari kisah Dewi Drupadi yang merupakan istri kelima Pandawa (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) tokoh dalam cerita Mahabharata. Ketika suaminya kalah bermain dadu dengan pihak Kurawa, Drupadi dipertaruhkan. Dursasana mencoba menelanjangi dirinya, tetapi Dewa Krisna memberikan pertolongan. Pada akhirnya Drupadi bersumpah tidak akan mengikat rambutnya sebelum keramas dengan darah Dursasana.Perjuangan dan persoalan batin Drupadi akan diangkat melalui sebuah karya sendratari yang berjudul “Rudiraghni”. Divisualkan dengan bentuk sendratari kontemporer yang dikemas dinamis dan penuh dengan sensasi visual yang tercipta dari koreografi, tata pentas, tata cahaya, tata kostum, tata rias dan video mapping. Ditarikan oleh tiga penari dengan sumber inspirasi gerak dari tari wayang dan tari topeng Cirebon. Membuat inovasi dengan gaya tersendiri memakai unsur teatrikal dan tambahan seni teknologi sebagai perwujudan karya yang semakin ekspresif dan kreatif.Kata Kunci: Rudiraghni, Drupadi, Takdir, Kontemporer.  ABSTRACT This work is inspired by Dewi Drupadi, the wife of the five Pandavas (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) figures in Mahabharata story. When her husband lost in playing dice with the Kuravas, Drupadi was at stake. Dursasana tried to strip her, but God Krishna helped her. In the end Drupadi swore not to tie her hair before shampooing with Dursasana’s blood.Drupadi's struggle and inner problems is constructed through a work of dance drama entitled "Rudiraghni". It is visualized in the form of a contemporary ballet that is dynamically packed and full of visual sensations created from choreography, stage performance, lighting, costume, makeup and video mapping. It is performed by 3 dancers with the inspiration sources of movement are from puppet dance and Cirebon mask dance. It has innovation with its own style using theatrical elements and added with technological art as an embodiment of more expressive and creative work.Keywords: Rudiraghni, Drupadi, Destiny, Contemporary. 
APLIKASI MODEL KREATIF KOREOGRAFI KARYA PANJI GANDRUNG DALAM CERITA PANJI (Sebuah Tinjauan Deskriptif) Lia Amelia dan Devi Supriatna
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.397 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.831

Abstract

ABSTRAK Cerita Panji banyak tersebar dalam berbagai versi juga menuai banyak tafsir yang memperkaya khasanah perkembangan Seni Budaya. Walaupun banyak tafsir tentang cerita Panji, tetapi pada dasarnya isi cerita tersebut hampir sama, yaitu mengisahkan tentang Raden Panji yang sedari kecil sudah dijodohkan dengan Sekar Taji putri dari kerajaan Kadiri. Akan tetapi sebelum perjodohan itu terlaksana, Panji jatuh cinta kepada gadis desa yang cantik jelita bernama Dewi Anggraeni. Peristiwa tersebut menimbulkan kegoncangan di lingkungan kerajaan Kuripan/Janggala. Berdasarkan cerita tersebut, penulis berupaya untuk mencoba membuat sebuah garap tari yang berjudul Panji Gandrung dan menyusun koreografi, yang bersumber dari gerak-gerak keseharian dan gerak-gerak tari yang sederhana, diolah, distilisasi sehingga menjadi gerak yang bermakna, disesuaikan dengan tema, juga dengan pola pengadegan. Garapan tari Panji Gandrung ini pada akhirnya oleh peneliti dijadikan materi PKM kepada mahasiswa semester IV jurusan Tari ISBI Bandung, dengan judul Aplikasi Model Kreatif Koreografi Karya Panji Gandrung. Proses kreatif ini menggunakan pendekatan konsep garap non tradisi, dengan menggunakan pendekatan metode PAR (Participationaction research).Kata kunci: Panji Gandrung, Aplikasi, Koreografi, Model Kreatif. ABSTRACT The story of Panji is widely spread in various versions and also derives many interpretations that enrich the treasury of the cultural arts development. Although there are many interpretations of Panji story, but the content of the story is basically almost similar, which tells the story of Raden Panji who has been matched since childhood with Sekar Taji, the princess of Kediri kingdom. But before the marriage conducted, Panji fell in love with a beautiful village girl named Dewi Anggraeni. This event caused a shock in the kingdom of Kuripan/Janggala. Based on the story, the author attempts to make a dance work entitled Panji Gandrung, and compose the choreography which comes from daily movements and simple dance movements, being processed and distilled so that it becomes meaningful movements, adapted to the theme, and to the movement pattern. This Panji Gandrung dance work was then made as materials for community service program for the fourth semester students majoring in dance department of ISBI Bandung, with the title Applying the Creative Model of Panji Gandrung's Choreography. This creative process uses a non-tradition conceptual approach with the Participation Action Research (PAR) approach.Keywords: Panji Gandrung, Aplication, Choreography, Creative Model.
TARI KAWUNG ANTEN DALAM GENRE TARI JAIPONGAN SEBAGAI SUMBER GARAP PENYAJIAN TARI Siti Hani Rohaeni dan Edi Mulyana
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.421 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.836

Abstract

ABSTRAK Repertoar tari Kawung Anten yang diciptakan oleh Gugum Gumbira sekitar tahun 1990-an merupakan repertoar yang berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Dalam garapan ini Gugum Gumbira berorientasi pada sebuah cerita dan memunculkan penokohan sosok seorang putri dari Kerajaan Sumedang Larang yang bernama Kawung Anten, putri dari salah seorang panglima perang yang bernama Jaya Perkosa. Sedangkan karya-karya sebelumnya selalu berorientasi pada kehidupan sehari-hari misalnya tari Daun Pulus Keser Bojong, Rendeng Bojong, Rawayan, Pencug Bojong, dan lain-lain. Hal inilah yang menarik bagi penyaji sehingga repertoar ini dijadikan pilihan materi Ujian Tugas Akhir Minat Utama Penyajian Tari. Rumusan masalah yang dikemukakan adalah, bagaimana mewujudkan konsep pengembangan koreografi dari repertoar Kawung Anten menjadi bentuk garap artistik yang baru, terutama berkaitan dengan gaya penyajiannya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan garapan tari ini, proses penggalian sumber dilakukan melalui penyadapan dan pendalaman materi tari. Sedangkan untuk pembentukan garapannya sendiri digunakan pendekatan metode “gubahan tari”, sehingga secara esensial tidak mengubah gerak yang sudah ada. Hasil dari penyadapan dan pendalaman di Padepokan Jugala tersebut, dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang ditulis dalam rumusan masalah tadi. Kata kunci: Jaipongan, Kawung Anten.  ABSTRACT The repertoire of Kawung Anten dance which is created by Gugum Gumbira in the 1990s is a different repertoire with his previous works. In this work, Gugum Gumbira oriented on a story and appeared characterization, the figure of a princess from Sumedang Larang Kingdom named Kawung Anten, the daughter of one of the warlord named Jaya Perkosa. Meanwhile the previous works of Gugum Gumbira usually oriented on daily life, such as: Daun Pulus Keser Bojong, Rendeng Bojong, Rawayan, Pencug Bojong, and others. This is what appeals to the performer so that this repertoire is chosen as the material for the Final Examination of concentration on Dance Presentation. The formulation of the problem is how to realize the concept of developing the choreography of the repertoire Kawung Anten into a new form of artistic work, especially related to the style of presentation. Thus, to realize the dance presentation in the process of exposing the source, the performer conducted choreography bugging process and deepening the dance material, while to form its own work, using "dance composition" approach method that is related to the presentation style so that it essentially does not change the existing movements. The results of the bugging and deepening process in Padepokan Jugala provide an opportunity to answer the formulated problems, so the result is the embodiment of the concept of developing a new presentation style in the dance of Kawung Anten.Keywords: Jaipongan, Kawung Anten.
KIDUNG KEMBANG JAKSI TAFSIR PETAKA DAYANG SUMBI Ria Dewi Fajaria
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.981 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.832

Abstract

ABSTRAK Tradisi budaya larangan bagi masyarakat Sunda sangat dikenal di masyarakat. Penelitian karya tari ini bermaksud menggambarkan tradisi larangan, dimana hubungan asmara sosok seorang ibu dan anak, antara Dayang Sumbi dan Sangkuriang adalah sebuah pantangan. Tradisi lalayang kuning dan putih, yakni berupa kain ‘boeh larang’ dan pagar-pagar berupa bambu ‘parancah bumi atau alam’ di kala Sangkuriang menyatakan pinangannya, sontak keadaan alam berubah. Tujuan tulisan ini untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya purba masyarakat Sunda yang memiliki kepekatan pesan-pesan moral, baik itu sebagai sebuah ‘peringatan’ atau pun pepeling, yang dapat dijadikan sandaran bagi kita dalam menjalani kehidupan. Metode yang dipakai dalam penelitian karya tari yang diberi judul Kidung Kembang Jaksi adalah metode penciptaan melalui riset by praktice, dengan langkah-langkah studi pustaka meliputi pencarian buku-buku sumber, melakukan tafsir cerita, dan proses koreografi/pewujudan karya. Hasil penelitian ini berupa deskripsi tafsir gambaran cerita, analisis koreografi, dan wujud garap karya tari Kidung Kembang Jaksi.Kata Kunci: Kidung Kembang Jaksi, Petaka, Dayang Sumbi.  ABSTRACT Prohibition cultural tradition is well known in Sundanese people. The research of this dance work intends to describe the tradition of prohibition, where the relationship of love between a mother and a child, between Dayang Sumbi and Sangkuriang, is a taboo. The tradition of yellow and white lalayang, which is in the form of 'boeh larang' and fences in the form of bamboo 'parancah of earth or nature' at the time Sangkuriang stated his tender, suddenly the condition of nature changed. The purpose of this writing is to express the ancient cultural values of Sundanese people who have concentrated moral messages, whether it is a 'warning' or even pepeling, which can be used as a support for us to live our lives. The method which is used in the research of dance work entitled Kidung Kembang Jaksi is a method of creation through research by practice, with the steps in literature study including searching for source books, interpreting stories, and choreography process/manifesting works. The results of this study are description of story interpretations, choreographic analysis, and a form of dance work ‘’Kidung Kembang Jaksi”.Keywords: Kidung Kembang Jaksi, Petaka, Dayang Sumbi. 
TARI KULU-KULU DALAM KESENIAN JAE’ GRUP TURONGGO BUDOYO DESA SIDAMULYA KECAMATAN CIEMAS KABUPATEN SUKABUMI Reza Anastasya Putri dan Euis Suhaenah
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.758 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.837

Abstract

ABSTRAK Tari Kulu-Kulu merupakan salah satu tarian yang disajikan dalam kesenian Jae’/Kuda Lumping grup Turonggo Seni Budayo Desa Sidamulya Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi. Kesenian tersebut merupakan bentuk alkulturasi dari kebudayaan masyarakat Jawa (pendatang) dengan masyarakat Sunda (pribumi). Kesenian Jae’ berfungsi sebagai hiburan yang di dalamnya kental akan hal-hal mistik/gaib. Ada empat tarian yang disajikan dalam pertunjukan Jae yaitu; (1) Solo, (2) Rincik-Rincik, (3) Dawet Ayu/Siji Lima, (4) Kulu-Kulu yang diakhiri oleh proses trance pada lagu Solasi. Keempat tarian tersebut menggambarkan para prajurit berkuda Pangeran Diponogoro dari persiapan hingga bertempur di medan perang. Adegan paripurna perang digambarkan pada tarian Kulu-Kulu sehingga gerak, musik, dan pola lantai lebih dinamis dari tarian sebelumnya.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analisis melalui pengumpulan data, studi pustaka dan pengamatan di lapangan. Teori yang digunakan sebagai landasan ialah teori struktur Le’vi-Strauss. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa struktur Tari Kulu-Kulu terbagi menjadi dua, yaitu struktur luar yang terdiri atas pola gerak, desain lantai, musik, properti, rias, busana yang sederhana dan bentuk pertunjukan yang lebih merakyat. Kedua, struktur dalam, kesenian ini merupakan manifestasi dari masyarakat Desa Sidamulya yang merupakan masyarakat campuran (Jawa-Sunda), dengan tiga nilai hidup yang harus seimbang yaitu nilai agama, budaya, dan pemerintah.Kata Kunci: Kesenian Jae’, Tari Kulu-Kulu.  ABSTRACT Kulu-Kulu dance is one of the dances presented in the arts of Jae’/Kuda Lumping of Turonggo Seni Budayo group, Sidomulya Village, Ciemas Subdistrict, Sukabumi Regency. The art is a form of acculturationof Javanese (immigrants) and Sundanese (indigenous) cultures. Jae's art serves as an entertainment in which mystical/ occult things are strong. There are four dances presented in the Jae show, namely: (1) Solo, (2) Rincik-Rincik, (3) Dawet Ayu/ Siji Lima, (4) Kulu-Kulu, which ends with a trance process on the song of Solasi. The four dances describethe horsemen warriors of Prince Diponogoro from the preparation to the battle on the battlefield. The war plenary scene is depicted in Kulu-Kulu dance so that movements, music, and floor patterns are more dynamic than the previous dance.This study uses qualitative methods with descriptive analysis style through data collection, literature studies and field observations. The theory which is used as thebasis is Le'vi-Strauss's structural theory. The results of the study indicate that the structure of Kulu-Kulu dance is divided into two, namely outer structure consisting of movement patterns, floor design, music, property, makeup, simple costume, and a more popular form of performance. The second is internal structure; this art is a manifestation of the community of Sidamulya Village which is a mixed society (Javanese-Sundanese), with three values of life that must be balanced, namely the values of religion, culture and government.Keywords : Jae’Art, Kulu-Kulu Dance. 
HAJAT LEMBUR PERISTIWA RITUAL KESUBURAN Asep Jatnika
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.256 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.833

Abstract

ABSTRAK  Ritual  Hajat Lembur  merupakan peristiwa kesuburan dalam mengkultuskan Dewi Sri sebagai Dewi Padi  simbol  yang harus dihormati dan dipupusti, karena dianggap sebagai sumber dari segala kehidupan yang akan membawa berkah keselamatan, kesehatan, rejeki yang melimpah, serta kesuburan hasil pertanian. Perilaku masyarakat terhadap peristiwa yang terjadi dengan munculnya suatu kepercayaan terhadap mitos yang berhubungan dengan Dewi kesuburan dalam hal ini Nyai Sri. Seni Terebang sebagai media ritual merupakan produk kreatif   berkaitan dengan kompleksitas kehidupan masyarakat yang memuat peristiwa sosial kaitannya dengan kehidupan petani. Untuk mengeksplanasi ritual hajat lembur menggunakan pendekatan teori Fungsi laten, ritual ini memberikan manfaat untuk keharmonisan antara manusia juga alam, sehingga terciptanya iklim cosmos dalam kehidupan masyarakat baik secara lahir maupun bathin.Kata Kunci: Hajat Lembur, Ritual Kesuburan, Seni Terebang.  ABSTRACT The ritual of Hajat Lembur is a fertility event in culturing Dewi Sri as the goddess of Padi (rice), a symbol that must be respected and fostered, because it is considered as a source of all life that will bring blessings to safety, health, abundant fortune, and fertility of agricultural products. Community behavior towards the events is the emergence of a belief in the myth related to the Goddess of fertility, in this case Nyai Sri.The art of Terebang as a ritual medium is a creative product associated with the complexity of people life which contains social events related to the lives of farmers. To explain the ritual of hajat lembur, the writeruses the latent function theory approach. This ritual provides benefits for the harmony between humans and nature, so that cosmos atmosphere is created in the life of the community both physical and spiritual.Keywords: Hajat Lembur, Ritual Of Fertility, Terebang Art.
TARI HANOMAN DALAM KESENIAN CEPET GRUP PUTRA AMARTA DESA PANGUMBAHAN KECAMATAN CIRACAP, KABUPATEN SUKABUMI Ayu Juliana Subagja dan Turyati
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.939 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.838

Abstract

ABSTRAK Tari Hanoman adalah salah satu tari yang ada dalam kesenian Cepet di grup Putra Amarta di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Kesenian ini hasil dari akulturasi Jawa dan Sunda yang kini hidup dan berkembang di tanah sunda khususnya di Desa Pangumbahan. Maka dari itu rumusan masalah yang akan dibahas mengenai bagaimana  struktur tari Hanoman dalam kesenian Cepet di Grup Putra Amarta, dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana struktur tari Hanoman dalam kesenian Cepet di Grup Putra Amarta. Untuk mendapatkan informasi dari rumusan tersebut, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis, serta menggunakan landasan teoritik struktur. Setelah semua data terkumpul maka tahap selanjutnya data diolah dan dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui penelitian tersebut. Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis pada tari Hanoman, didapatkan struktur tari Hanoman yang di dalamnya terdiri dari atas; koreografi, iringan, busana, properti, dan sesaji. Struktur pada tari Hanoman diawali dari bagian awal; tari Hanoman, bagian tengah; trance, dan bagian akhir; pemulihan. Adapun struktur koreografi yang terdapat pada tari Hanoman lebih cenderung menggunakan gerakan-gerakan jawa seperti, Sabetan, Ogek lambung, Lumaksana, Ulap-ulap, Malang kerik, Jengkeng dan Tanjak.Kata Kunci: Grup Putra Amarta, Cepet, Tari Hanoman.  ABSTRACT Hanoman dance is one of the dances in Cepet arts in Putra Amarta group in Ciracap District, Sukabumi Regency. This art is the result of acculturation of Javanese and Sundanese which now lives and develops in Sunda land, especially in Pangumbahan Village. The problem formulated to be discussed is about the structure of Hanoman dance in Cepet art in Amarta Putra Group. This study aims to find out the structure of Hanoman dance in Cepet art in Amarta Putra Group. To obtain information from the formulation, this study uses qualitative research with descriptive analysis methods, and uses structural theoretical base. After all data is collected, then the data is processed and analyzed with the aim of finding out the research. The result of the research shows that the structure of Hanoman dance starts from the beginning part, middle part: trance, and the final part: recovery. Meanwhile, the choreographic structure found in Hanoman dance is more likely to use Javanese movements such as, Sabetan, Ogek lambung, Lumaksana, Ulap-ulap, Malang kerik, Jengkeng and Tanjak.Keywords: Putra Amarta Group, Cepet, Hanoman Dance.

Page 1 of 1 | Total Record : 9